The Power of Habits of Rasulullah - Mengubah Rutinitas Menjadi Ibadah Bernilai Produktivitas
Di tengah derasnya arus literatur pengembangan diri modern yang didominasi oleh konsep-konsep Barat seperti "Atomic Habits" atau "The 7 Habits of Highly Effective People," kehadiran buku "The Power of Habits of Rasulullah ï·º" karya Septi Ayuning Tias terasa seperti oase yang menyejukkan.
Buku ini tidak menawarkan formula baru yang revolusioner, melainkan mengajak kita untuk kembali kepada cetak biru kehidupan yang paling paripurna, yaitu teladan Nabi Muhammad ï·º, dan membingkainya dalam konteks kebiasaan (habits) yang relevan dengan tantangan zaman sekarang.
Dari sampulnya saja, buku ini telah berhasil mengkomunikasikan pesan utamanya dengan sangat kuat. Gambar jam besar dengan siluet masjid, matahari, dan bulan sabit secara visual merepresentasikan manajemen waktu sepanjang 24 jam.
Ini bukan sekadar tentang manajemen waktu
untuk efisiensi duniawi, tetapi sebuah siklus kehidupan yang setiap detiknya
berpotensi menjadi ibadah. Puncak kejeniusan desain ini terletak pada siluet
orang yang sedang bersujud di atas jarum jam, sebuah penegasan bahwa poros dari
segala kebiasaan dan produktivitas seorang Muslim adalah kepatuhannya kepada
Sang Pencipta.
Menjembatani Sunnah Klasik dengan Bahasa Kontemporer
Salah satu keunggulan utama yang ditawarkan oleh buku ini adalah kemampuannya menjadi jembatan. Septi Ayuning Tias dengan cerdas menerjemahkan amalan-amalan Sunnah yang mungkin sudah sering kita dengar—seperti bangun sebelum Subuh (Tahajud), siwak, menjaga pola makan, hingga tidur sejenak di siang hari (qailulah)—ke dalam bahasa "habits" yang lebih mudah dicerna oleh generasi milenial dan Gen Z.
Pendekatan ini menghilangkan kesan bahwa Sunnah adalah ritual kuno yang kaku, dan mengubahnya menjadi serangkaian kebiasaan kecil yang dapat diintegrasikan secara praktis untuk meningkatkan kualitas hidup secara holistik.
Buku ini seolah berargumen bahwa Rasulullah ï·º adalah "arsitek kebiasaan" terhebat. Setiap rutinitas yang beliau jalani, dari cara bangun tidur hingga cara berinteraksi dengan sesama, bukanlah tindakan acak, melainkan sebuah sistem yang dirancang untuk mengoptimalkan potensi spiritual, fisik, emosional, dan sosial.
Penulis mengajak pembaca untuk tidak hanya melihat amalan-amalan ini sebagai anjuran agama, tetapi juga sebagai strategi jitu untuk membangun disiplin diri, meningkatkan kesehatan, meraih ketenangan jiwa, dan mempererat hubungan sosial.
Lebih dari Sekadar Daftar Kebiasaan
Jika hanya berisi daftar kebiasaan Rasulullah ï·º, buku ini mungkin tidak akan jauh berbeda dari buku-buku hadis atau sirah lainnya. Namun, frasa "The Power of Habits" pada judulnya menyiratkan adanya pembahasan lebih dalam mengenai "mengapa" dan "bagaimana". Buku ini kemungkinan besar mengupas tuntas:
Fondasi Spiritual: Mengapa sebuah kebiasaan yang dilandasi niat karena Allah (lillahi ta'ala) memiliki kekuatan dan keberkahan yang jauh lebih besar dibandingkan kebiasaan yang hanya berorientasi pada kesuksesan duniawi.
Dampak Psikologis dan Fisiologis: Menjelaskan hikmah di balik setiap kebiasaan. Misalnya, bagaimana bangun pagi tidak hanya baik untuk shalat Subuh, tetapi juga terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan produktivitas dan kesehatan mental. Atau bagaimana pola makan Rasulullah ï·º yang tidak pernah berlebihan adalah kunci utama untuk menjaga kesehatan fisik.
Implementasi Praktis: Memberikan langkah-langkah konkret bagi pembaca untuk mulai membangun kebiasaan tersebut. Mungkin dengan metode "memulai dari yang kecil" (start small), "menumpuk kebiasaan" (habit stacking), atau menciptakan lingkungan yang mendukung terbentuknya kebiasaan baik.
Untuk Siapa Buku Ini?
"The Power of Habits of Rasulullah ï·º" adalah bacaan wajib bagi setiap Muslim yang ingin naik kelas. Bukan hanya dalam urusan akhirat, tetapi juga dalam urusan dunia. Buku ini sangat relevan untuk para pemuda, mahasiswa, profesional, dan siapa pun yang merasa hidupnya stagnan, tidak terarah, atau kehilangan makna di tengah kesibukan. Ia menawarkan peta jalan yang jelas untuk merancang ulang kehidupan, mengubah rutinitas harian yang melelahkan menjadi rangkaian ibadah yang memberdayakan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, buku ini adalah sebuah undangan reflektif. Ia mengajak kita untuk bertanya: jika kita begitu mengagumi kebiasaan para CEO atau tokoh sukses dunia, mengapa kita tidak memprioritaskan untuk meneladani kebiasaan manusia paling sukses dan paling mulia yang pernah berjalan di muka bumi?
Septi Ayuning Tias berhasil menyajikan sebuah karya yang tidak menggurui,
tetapi merangkul. Sebuah manual praktis yang mengubah Sunnah dari sekadar
pengetahuan menjadi sebuah gaya hidup yang penuh kekuatan, keberkahan, dan
tujuan. Ini bukan sekadar buku tentang kebiasaan; ini adalah buku tentang
bagaimana menemukan kembali kekuatan terbesar dalam diri melalui teladan
terbaik.