Payung untuk 2 hati

SepwaL 8 min read

Pagi menjelma umpama tirai langit yang baru saja terbuka. Lelaki yang masih tergolek di atas pembaringan itu tampak enggan untuk bangkit menjalani hari, andai boleh rasanya dia ingin sekali berpeluk mimpi sampai siang nanti. Namun, ada impian yang mesti diraihnya di depan sana. Di sela keheningan, detak jam terdengar bagai bisikan waktu yang terus memburu.


Setelah mengumpulkan kepingan-kepingan nyawanya yang tercecer laksana puzzle tanpa wadah, lelaki tampan berbadan tinggi itu pun bangkit dari peraduan. Dia berdiri tegap, kemudian menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan membuat tulangnya berderak. Setelah badannya terasa ringan barulah dia berjalan menuju jendela yang berada di sebelah timur ranjang.


Udara segar langsung menerpa tubuhnya begitu kaca terbuka, netra yang beberapa menit lalu masih terasa berat dan enggan terbuka kini terbuka sempurna. Untuk beberapa saat netra tajam bak burung elang itu mengamati sekeliling, mengagumi lukisan sempurna karya Sang Maha Kuasa. Tak hanya indah, tetapi penuh hikmah.


Sang surya belum datang menunjukkan keindahannya, langit masih kelabu diselimuti kabut tipis. Tetes embun sebening kaca memenuhi dedaunan di sekitar, tanaman hijau itu seperti baru saja selesai berwudu.


Setelah puas menikmati keindahan, lelaki bernama lengkap Aksara Dwi Putra itu kembali mengayunkan langkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh sekaligus bersuci sebelum menghadap Ilahi.


Detik berlalu, menit berjalan, beberapa saat kemudian Aksara keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk membalut sebagian tubuhnya.


Monoton, tidak ada yang spesial jua pagi ini, semua kegiatan berjalan seperti biasa. Setelah memakai pakaian dinasnya, dia segera menghadap Ilahi. Menjalankan kewajibannya, kemudian melangitkan doa-doa yang seolah masih tertahan di atas sana.


Sebenarnya hari ini Aksara hendak mengirimkan surat izin melalui aplikasi presensi harian pembimbing untuk tidak masuk sekolah, sejak semalam badannya terasa meriang, kepalanya pun sedikit sakit. Entah karena memang cuaca yang akhir-akhir ini kurang bersahabat, atau memang karena faktor lain. Bukan rahasia umum lagi di negara tercinta ini begitu memasuki akhir tahun bumi kerap dibasuh air hujan. Sama seperti pagi ini, bukan sorot pajar yang menyapa lembut, melainkan bayang kelabu yang menghiasi.


Aksara tak ingin terlarut-larut dalam kebingungan, dia memutuskan untuk tetap pergi mengajar, berharap sakit kepala yang dirasanya bisa enyah begitu bertemu dengan murid-muridnya yang selalu antusias menantinya. Setelah menyampirkan ransel pada pundak kokohnya, lelaki berparas tampan itu pun pergi dengan senyum samar di wajahnya.


Setelah bergelut dengan hiruk pikuk perjalanan, Aksara tiba di tempatnya mengajar. Sepertinya semesta tengah berpihak kepadanya, begitu tiba di sekolah hujan pun turun. Tak bisa dia bayangkan jika hujan turun sejak di perjalanan dapat dipastikan hal tersebut bisa memperburuk keadaannya. Apalagi semalam Aksara lupa memasukkan kembali jas hujannya ke dalam bagasi motor.


Tiba-tiba langkah Aksara tertahan saat seseorang memanggilnya dari kejauhan. Netra tajam miliknya menyipit memerhatikan seseorang yang kian mendekat ke arahnya.


“Selamat pagi, Pak. Maaf mengganggu waktunya.” Perempuan berjilbab panjang itu menyapa Aksara dengan senyum menghias wajahnya.


“Pagi,” jawab Aksara singkat, kemudian mengarahkan pandangan ke arah lain. Hal tersebut jelas saja membuat wanita yang berada tepat di depannya heran, sebelah alisnya terlihat terangkat begitu melihat perangai lelaki yang tak sengaja dia temui di tempat yang mungkin akan menjadi tempatnya mengajar selama beberapa tahun ke depan.


Wanita itu berdehem seolah memberikan isyarat agar seseorang di depannya mengatakan sesuatu atau mungkin melontarkan pertanyaan kepadanya. Namun, hingga beberapa menit ke depan pria itu masih saja bergeming. Akhirnya dia yang kembali memulai pembicaraan.


“Perkenalkan nama saya Hesty, Pak, saya guru sejarah baru di sekolah ini.”

Pandangan Aksara yang tadi menyorot ke arah lain, kini dia fokuskan pada lawan bicaranya. “Ba-Baik Bu Hesty, selamat datang,” jawab Aksara sedikit gugup. Selain memiliki sifat introvert, lelaki itu pun merasa kurang nyaman berduaan dengan perempuan yang baru dia temui, apalagi keadaan sedang hujan deras otomatis guru dan murid-murid sudah masuk ke ruangannya  masing-masing.


Lagi-lagi Hesty menyunggingkan senyum manisnya, walaupun Aksara terlihat biasa saja, bahkan senyum samar pun tidak terlihat dari raut wajahnya yang padahal begitu tampan.


“Maaf Pak, saya lupa membawa payung, bolehkah saya ikut Bapak sampai ke kantor sekolah,” pinta Hesty.


Jam menunjukkan pukul 07:25 WIB, itu artinya beberapa menit lagi Aksara sudah harus masuk ke kelas. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi dia pun mengangguk mengiyakan permintaan Hesty. Andai saja ada payung lain yang bisa dia pakai, dia akan memberikan payungnya tersebut kepada Hesty daripada harus berpayung bersama, dia benar-benar tidak suka berada di posisi yang demikian.


Rintik hujan terus mengguyur bumi, iramanya bak simfoni yang diciptakan langit untuk menenangkan cakrawala yang sepertinya sedang letih. Setiap tetesnya mengalunkan nada yang berbeda. Indah, tetapi dingin—sedingin sikap lelaki berhidung mancung itu.


Hesty lagi-lagi menyunggingkan senyum membuat garis bibirnya terangkat seperti bulan sabit di malam hari, dia benar-benar tak peduli dengan sikap lelaki di sebelahnya yang tetap cuek.


Payung berwarna hitam itu tergenggam kuat di jemari Aksara yang kokoh, bagaimana tidak? Angin berdesir cukup kencang, lengah sedikit saja payung itu bisa terlepas dari genggaman.


Tangan kokoh itu terlihat sedikit bergetar, bukan karena kedinginan, melainkan karena jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Aksara menggeser sedikit tubuhnya agar jarak dia dan Hesty tidak terlalu rapat, tanpa diduga Hesty ikut bergeser mendekat ke arahnya. Hal itu tentu saja membuat Aksara makin kikuk, tetapi dia berusaha untuk berpikir positif, mungkin saja Hesty bergeser ke arahnya karena hujan memang cukup deras sementara payung yang dia bawa tidak terlalu lebar, jelas saja hal itu bisa membuat rintik hujan membasahi pakaian yang Hesty kenakan.


Dengan langkah yang sedikit canggung, Aksara terus melangkah menuju ke ruang kepala sekolah—tempat yang ingin Hesty tuju, setelahnya barulah dia akan pergi mengajar anak-anak.


Namun, saat hendak melangkahkan kaki menaiki anak tangga, kaki Hesty tergelincir, sontak saja hal tersebut membuat tubuhnya limbung. Tangannya refleks memegang tangan Aksara, agar tubuhnya tidak jatuh dan basah kuyup.


Begitu pun dengan Aksara walaupun cuek, tetapi naluri lelakinya tetap ada, dia memegang pinggang Hesty dan membantunya kembali berdiri.


“Hati-hati, di sini memang sedikit licin,” ujar Aksara pelan, tetapi masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran Hesty.


Kali ini tidak ada senyuman yang tersungging di wajah manis Hesty, wajahnya malah terlihat meringis, sepertinya peristiwa beberapa detik lalu membuatnya kesakitan.


Dengan sedikit tertatih Hesty pun kembali meneruskan langkah, tanpa sadar tangannya terus menggenggam tangan kiri Aksara sebagai tahanan.


Tak membutuhkan waktu lama, sepasang makhluk yang tanpa sengaja dipertemukan oleh takdir itu sampai di depan kantor sekolah.


“Silakan, maaf tidak bisa mengantar sampai ke dalam, saya harus segera masuk ke kelas,” ujar Aksara masih dengan raut wajah yang sama membuat Hesty merasa tak enak hati.


“Baik Pak, terima kasih banyak, maaf merepotkan.” Seulas senyum kembali Hesty rekahkan, berharap lelaki yang sudah membantunya itu membalas. Nyatanya bukan senyuman yang Aksara berikan, lelaki itu malah menggerakkan matanya ke arah tangan Hesty yang masih  menggantung memegangi tangannya.


Melihat isyarat yang Aksara berikan, sontak saja Hesty melepas pegangannya. “Ma-maaf, Pak.”

Permintaan maaf Hesty menggantung di udara, Aksara tak berniat untuk sekadar mengangguk apalagi menjawabnya, lelaki beralis tebal itu segera mengayunkan langkah, kembali menerobos hujan yang masih setia menemani bumi.

SepwaL
SepwaL Suka Mempelajari hal baru, Menulis, dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan Dunia Teknologi
Posting Komentar
Kode Iklan Tengah 1
Kode Iklan Tengah 2
Kode Iklan Bawah
Teks Footer