Beda Jurusan, Bukan Beda Perasaan

4 min read

Beberapa hari telah berlalu, tetapi aku belum bisa dan belum berani mengirim sebuah pesan padanya meski hanya sekedar menyapa atau bertanya sedang apa dia sekarang di sana. Seringkali aku hanya melihat status di bawah namanya yang terkadang sibuk dan terkadang lagi dia berganti menjadi di cafe atau di kampus.


Rasanya otakku ingin sekali mengirimkan pesan padanya tetapi hati kecilku berkata lain, dia masih gengsi atau takut antara harus mengirim pesan atau memantau dalam diam. 

Beda Jurusan, Bukan Beda Perasaan


Namun, ketika melihat jadwal ternyata besok adalah hari pengumuman kelulusan tes kemarin. Aku berpikir inilah saatnya untuk aku mulai mengirimkan pesan kepada gadis itu.


[Ping!]


Sebuah pesan pembuka aku kirimkan pada gadis itu.


Karena dia online, tak lama pesanku pun dibalas dengan hal yang sama, yaitu ping juga.


[Sore, Ka. Ini Zuhayr.]


Tak berapa lama dia membalas lagi pesanku. 


[Sore, Hayr.]


[Besok berangkat kan?] Tanyaku melalui chat.


[Iya dong, kan pengumuman besok. Kenapa? Udah pengen ketemu aku ya :D]


Ah, kenapa dia seolah bisa membaca pikiranku. Atau jangan-jangan dia juga ingin ketemu aku? Sebaiknya aku jangan berharap terlalu banyak deh.


[Eh, tau aja.]


[Kalau mau ketemu sih bisa sekarang. Kebetulan aku lagi di luar nih. Di taman kota. Kamu mau ke sini?] 


Dia cuma bertanya atau berharap aku menyusulnya yah?


[Emang boleh ke sana?]


[Boleh]


Setelah membaca pesannya yang menandakan jika aku boleh menyusul, aku pun langsung bersiap dan menyusulnya ke taman dengan mengendarai motor kesayanganku.


Di taman kota aku pun mencari ke sana-kemari tempat gadis itu berada. Sampai pada akhirnya aku menemukan dia sedang duduk di sebuah bangku panjang sambil membaca sebuah buku.


"Hai, Friska. Aku datang," sapaku pada gadis yang masih fokus pada bukunya. Namun, setelah mendengar ucapanku, kehidupan ini langsung menoleh dan tersenyum lebar.


"Wah, kamu beneran dateng, Hayr?" Friska terlihat sangat antusias dengan kedatanganku. Alhamdulillah deh kalau gitu.


"Ya kan, aku emang beneran pengen ketemu sama kamu. Nggak apa-apa kan?" 


"Ya nggak apa-apa. Terus emang kalau udah ketemu mau ngapain?" 


Aku pun duduk di sebelahnya. "Gimana kalau kita nonton? Aku dapat BM-an kalau ada info film baru," usulku padanya sembari memperlihatkan info yang aku dapat beberapa jam lalu.


Dia melihat ke arah ponselku dan sepertinya membaca sekilas. Lalu dia membulatkan mata seolah terkejut.


"Gimana kalau kita nonton The Conjuring, aku penasaran ini udah sejak lama."


"Film horor?" tanyaku mencoba memastikan karena sedikit tidak percaya gadis lucu macam dia kok malah uka film horor, padahal aku ingin sekali menonton film romantis.


"Iya, horor. Memang kenapa?" Dia balik bertanya.


"Ya heran aja sih, perempuan cantik macam kamu ini kok sukanya horor, kaya nggak nyambung aja rasanya," jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.


"Ya, emangnya kesukaan harus nyambung? Kan enggak. Aku sebenarnya suka komedi juga, tapi ya ini tuh bikin aku penasaran filmnya."


"Oh, gitu, ya? Cuma rada aneh sih, hehe." Aku mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil di akhir kalimat.


"Atau jangan-jangan kamu takut ya, Hayr," tuduhnya sambil menampakkan wajah yang terkesan mengejek.


"Bukan, kok. Aku nggak takut sama sekali. Hayuk lah, gas!" ajakku yang langsung berdiri.


Dan dia pun ikut berdiri. Tanpa pikir panjang kuajak dia menuju motor kesayanganku. Karena ternyata memang rumahnya dekat taman kota dan dia ke sini berjalan kaki. Jadilah kami berboncengan menuju ke bioskop yang jaraknya memang agak jauh dari taman ini.


Setelah dari bioskop aku langsung mengantarnya pulang ke rumah dan aku sendiri pulang ke tempat kost rasanya senang sekali bisa menghabiskan waktu bersamanya. Aku juga sudah tidak sabar buat ketemu dia lagi besok di kampus.


Namanya Friksa. Gadis itu berkulit putih bersih, dengan mata indah yang menghiasi wajahnya. Hidung mancung pun membuatnya semakin memesona. Ah, rasanya hatiku sudah tercuri olehnya.

*

Lagi dan lagi, hari ini aku bangun agak telat karena semalam terus memikirkan gadis cantik bernama Friska. Padahal harusnya aku bangun lebih awal karena akan ketemu dia, tapi karena semalam aku terus mikirin dia akhirnya aku sekarang kesiangan.


Untung saja aku sampai tepat waktu dan tidak terlambat untuk mengetahui pengumuman apakah aku diterima atau tidak di kampus ini.


Dan ketika aku berada di kampus ternyata di depan papan pengumuman sudah sangat banyak orang yang mengantre untuk melihat nama mereka apakah ada dalam list tersebut. Setelah sekian lama aku menunggu giliran untuk mengetahui namaku ternyata aku lolos tes ujian masuk kemarin. Iseng-iseng aku pun melihat nama Friska di jajaran prodi bisnis dan ya dia juga diterima.


Alhamdulillah, setidaknya bisa ketemu dia lebih sering jika kami berada di kampus yang sama.


"Hayr!" Seruan yang diiringi oleh sentuhan di pundak mengagetkanku dari lamunan tentang gadis itu. Namun ternyata, gadis yang aku lamunkan adalah orang yang sama dengan pemilik tangan yang menepukku tadi.


"Eh, Friska. Kita lolos tes kemarin loh. Jadi kita bakal sering ketemu nih," ucapku dengan gembira.


"Iya, nih. Seneng rasanya punya temen baru kaya kamu."


"Sambil nunggu pengumuman lanjutan, kantin dulu yuk!" ajakku sambil tersenyum. Ya saking bahagianya, aku sulit menyembunyikan perasaanku saat ini, ternyata terlambat mendaftar di kampus negeri ada faedahnya juga. Jadi bisa berteman sama Friska.


"Boleh, tuh! Kebetulan belum sarapan."


"Bubur ayam gimana?" tanyaku menawarkan.


"Cocok! Ayo gas!"


Kami pun berjalan berdua menuju ke sebuah kedai di kantin kampus yang menjual bubur ayam. Kami duduk di tempat di mana kemarin waktu pertama kali kami berdua ke sini, seprertinya itu akan menjadi tempat favorit bagi kami mulai sekarang.


Jika misalkan tidak bisa bertemu di dalam kelas, kami bisa bertemu di sini, di kantin kampus setelah pelajaran selesai atau sebelum perkuliahan dimulai.


Setelah seperempat jam kami menunggu, akhirnya pesanan kami pun datang. Dua mangkuk bubur ayam komplit sudah ada di depan kami dengan teh hangat sebagai minumannya.


Aku langsung saja mengaduk bubur yang ada di depanku ini, sementara gadis cantik yang ada di depanku dia malah menyingkirkan kacang-kacang yang ada di dalam mangkuk ke tissu untuk dibuang. Karena heran aku pun bertanya padanya, "Kenapa kacangnya dipinggirin, Ka?"


"Aku nggak suka kacang," jawabnya singkat.


"Kenapa? Takut jerawatan?" 


"Bukan, kok. Jerawat mah takut sama wajahku yang cantik ini," jawab Friska dengan penuh percaya diri. Bagaimana tidak? Gadis secantik dia emang nggak ada alasan buat minder.


"Lah, terus kenapa kok dibuangin tuh kacang. Kan enak dimakan sama bubur? Atau kamu alergi?" Aku mencoba mencari tau lebih dalam tentangnya.


"Enggak, karena aku sukanya diperhatiin bukan dikacangin, hehe," jawabnya sambil tersenyum.


Ah, sial! Aku terpesona.

Selanjutnya :  Awal dari SemuanyaAwal dari Semuanya

Posting Komentar